Selasa, 31 Maret 2015

Pembagian Marga-Marga batak

Pembagian utama Si RAJA BATAK  :
  1. Guru Tateabulan
  2. Raja Isumbaon
Belahan yang dinamakan LOTUNG, yang mencakup kelompok suku yang sebenernya, yaitu Himpunan BORBOR, dan juga sejumlah marga yang lebih kecil, berasal dari Guru Tateabulan.
Yang dinamakan belahan SUMBA yang ke dalamnya termasuk sisa kelompok suku dan marga lainnya, berasal dari Raja Isumbaon.
Yang termasuk BELAHAN LOTUNG ada 5 yaitu :
  1. Raja biakbiak
  2. Saribu Raja
    Mempunyai 3 Kelompok yaitu
    1. LONTUNG
    2. BORBOR
    3. BABIAT
  3. Limbong Mulana
    Mempunyai 1 Kelompok yaitu Limbong (Habeahan)
  4. Sagala Raja
    Mempunyai 1 kelompok yaitu Sagala
  5. Malau Raja
    Mempunyai 4 kelompok yaitu
    1. Paseraja – Malau
    2. Manik
    3. Ambarita
    4. Gurning
Rupanya, raja Biakbiak pergi ke Aceh. Tidak diketahui, apakah ia meninggalkan keturunan.
Limbong pada pokoknya mendiami suatu lembah di sebelah selatan penggung gunung, yang menghubungkan Pusuk Buhit dengan tanah datar, dan Sagala Raja Lembah yang ke arah utara punggung gunung.
Malau Raja tersebar di kawasan sekeliling Pangururan (pulau dan tanah diseberangnya), dan dengan memakai nama Damanik, ia adalah marga yang memerintah di wilayah swapraja Siantar di Sumatera Timur.
Belahan SUMBA meliputi :
  1. Tuan Sori – mangaraja
    mempunyai 3 kelompok :
    1. Nai Ambaton
    2. Nai Rasaon (R.Mangarerak)
    3. Nai Suanon(Tuan Sorbadibanua)
  2. Raja ni Asiasi
Pertama saya akan membahas tentang pembagian Belahan LONTUNG :
  1. LONTUNG
    Yang mempunyai anak meliputi :
    1. Situmorang
      Mempunyai anak :
      1. Lumban Pande
      2. Lumban Nahor
      3. Suhut ni Huta
      4. Siringoringo
        Mempunyai anak :
        1. Lumban Toruan
        2. Sipangpang
        3. Rumapea
      5. Sitohang uruk
      6. Sitohang tonga – tonga
      7. Sitohang toruan (Lumban Gaol)
    2. Sinaga
      Mempunyai anak :
      1. Bonor
        Mempunyai anak :
        1. Sidahan Pitu
        2. Nadiheong
      2. O. Ratus
      3. Uruk
    3. Pandiangin
      Mempunyai anak :
      1. R. Humitap (Pandiangin)
        Mempunyai anak :
        1. Toga Pande
        2. Lumban Uruk
        3. Suhut ni Huta
        4. Lumban Toruan
      2. R. Sumonang
        Mempunyai anak :
        1. R. Gultom
        2. Sidari(Harianja)
        3. Pakpahan
        4. Sitinjak
    4. Nainggolan
      Mempunyai anak:
      1. Ruma Hombar
        Mempunyai anak :
        1. Lumban Tungkup
          Dibagi :
          1. Ruma Hombar
          2. Lumban Raja
        2. Lumban Nahor
        3. Huta Balian
        4. Lumban Siantar
      2. Si Batu
        Mempunyai anak :
        1. Parhusip
        2. Batuara
        3. Siahaan
        4. Ampapaga
    5. Simatupang
      Mempunyai anak :
      1. Sitoga Torop (Siborutorop)
      2. Sianturi
      3. Siburian
    6. Aritonang
      Mempunyai anak :
      1. Ompu Sunggu
      2. Rajagukguk
      3. Simaremare
    7. Siregar
      Mempunyai anak :
      1. Silo
      2. Dongoran
      3. Silali
        Mempunyai anak :
        1. Ritonga
        2. Sormin
      4. Siagian
    Keempat marga ‘induk’ pertama dari Limbong bermukim di Samosir Selatan Situmorang dan juga di wilayah – wilayah Sabulan dan Janjiraja, yang terletak berhadapan dengan tanah di seberangnya Pandiangin. Sebagian dari Situmorang mendiami wilayah – wilayah Lintong dan Parbuluan Ritonga; keduanya berada di dataran tinggi sebelah barat Gunung Pusuk Buhit; Dari Pandiangin, sebagian dari keempat marga R. Sumonang (Samosir) pindah ke Habinsaran Selatan kira – kira di sekeliling Pangaribuan Sinaga, dan dari sana pergi ke Pahae Timur Ritonga. Satu cabang dari Nainggolan dapat juga ditemukan disana. Satu kombinasi dari bagian – bagian Situmorang dan Nainggolan bisa dijumpai di Pusuk.
    Ketiga marga ‘induk’ terakhir dari LONTUNG menetap dikawasan pantai danau dekat Muara Simatupang dan Aritonang, masing – masing menduduki wilayahnya sendiri, dan juga di pulau kecil bernama PULO yang terletak diseberangnya. Siregar pergi ke Muara dari wilayah kecil Siregar yang terletak di Sigaol yang lain – lainnya langsung pergi ke sana dari Urat di Samosir. Pecahan – pecahan Simatupang dan Aritonang pergi ke pinggiran Dataran Tinggi Humbang yang berbatasan dengan Muara, tempat mereka menduduki wilayah – wilayah Paranginan dan Huta Ginjang. Pecahan – pecahan Siregar berjalan melalui Humbang menuju Habinsaran Selatan Sinaga, dan dari sana pergi ke Sipirok Silali dan dolok (dimana terdapat marga Ritonga dan Sormin) dan ke Pahae Timur (wilayah – wilayah Onan Hasang dan Simangumban). Satu kelompok kecil Siregar dapat juga ditemukan antara Laguboti dan Porsea (Tuan Dibangarna)
  2. BORBOR
    Mempunyai anak :
    1. Tuan Bala Sanuhu
      Mempunyai anak :
      1. Rimbang Sudara
        Mempunyai anak :
        1. Pongpang
        2. Bala Saribu
          Mempunyai anak :
          • Datu Datu(Pasaribu)
            Mempunyai anak :
            1. Sariburaja(Pasaribu)
            2. Batubara
            3. Parapat
            4. Tarihoran
            5. Matondang
            6. Saruksuk
          • Sahang Maima, Sipahutar
        3. Harahap
        4. Tanjung
        5. Pusuk
        6. D. Pulungan
          Mempunyai anak :
          • Pulungan
          • Lubis
        7. Nahulu
      2. Sahang Mataniari
        Mempunyai anak :
        1. Simargolang
        2. Rambe
    Borbor bisa ditemukan tersebvar di seluruh Tapanuli. Keterangan – keterangan mengenai pohon silsilah dan jalan perserakan dari anggota di sana sini cukup banyak mengandung perbedaan.
    Pasaribu dan Lubis dapat ditemukan di Haunatas (dekat Laguboti Sipaettua) dan di wilayah – wilayah Pasaribu dan Lubis yang berada di Habinsaran Tengah Sinaga, dan sepanjang yang opung saya tau, Lubis ada juga di Mandailing Selatan, Pasaribu di Simanosor (Sibolga Selatan) dan Barus Hulu.
    Marga, begitu kisahnya secara bersama – sama merupakan kelompok Daulae di Padang Lawas, Angkola Selatan, Sibolga Selatan dan diantara tempat – tempat lain, di Mandailing sebagai marga penumpang.
    Pada mulanya Sipahutar menempati wilayah kecil dengan nama yang sama di Humbang Timur dari mana dia diusir olehmarga Silitonga(Pohan) lantas dia bergerak ke Pagar Batu, Silindung dan Habinsaran.
    Di Angkola Tengah dan Padang Bolak Harahaplah marga yang berkuasa; di Kuria Batang Toru di Angkola Utara dan di Kuria Sayur Matinggi di Angkola Selatan, Pulungan.
    Rambe merupakan marga yang memerintah di beberapa wilayah Dolok Timur.
Yang Kedua saya akan menjelaskan Belahan SUMBA :
  1. Nai Ambaton
    Mempunyai anak :
    1. Simbolon
      Mempunyai anak :
      1. Tunggul Sibisa
        Mempunyai anak :
        • Simbolon Altong
        • Simbolon Tuan
        • Simbolon Pande
        • Simbolon Panihai
      2. Suhut ni Huta
        Mempunyai anak :
        • Suhut ni Huta(Nai Ambaton di Hulu Barus)
        • Sirimbang
        • Hapotan
    2. Munte
      Mempunyai anak :
      1. Sitanggang
        Mempunyai anak :
        • Sitanggang Bau
        • Sitanggang Lipan
        • Sitanggang Upar
        • Sitanggang Silo
      2. Sigalingging
        Mempunyai anak :
        • Simanik
        • Uruk
        • Marhabang
        • Lali
    3. Tambatua
      Mempunyai anak :
      1. Rumabolon
      2. Ruma Ganjang
        Mempunyai anak :
        • Gr. Sotindion
          Mempunyai anak :
          • Sidabutar
          • Sijabat
          • Sidari
          • Sidabalok
        • Gr. Sijouon
          Mempunyai anak :
          • Turnip
          • Sidauruk
          • Sitio
        • Gr. Saoan
        • Gr. Solaosom
          Mempunyai anak : Sialagan
        • Datu Ronggur
          Mempunyai anak : Sinapitu
        • Raja Tamba
          Mempunyai anak : Tamba
      3. Ruma Horbo
    4. Saragitua
      Mempunyai anak :
      1. O. Tuan Binur
        Mempunyai anak :
        • Saeng
        • Simalanggo
        • Nadeak
        • Simarmata
      2. Saragi
        Mempunyai anak :
        • Sidabungke
        • Saragi Napitu
      3. Tarigan
    5. Sinahampung
    Marga Simbolon dan Munte, bersama dengan Saragitua, tersebar di wilayah – wilayah Samosir Barat. Pecahan – pecahan dari Simbolon dan Sigalingging ada juga yang pergi menuju Si Onom Hudon dan Siambaton di Barus Hulu; Sigalingging juga pergi ke Salak, tempat sebagian mereka membertuk marga sendiri.
    Tambatua pada mulanya pergi ke wilayah Tamba di daratan Pandiangin. Raja Tamba menetap disana, tetapi yang selebihnya pergi ke Saamosir Timur Laut Pandiangin dan menyebar di wilayah itu.
    Saragi menjadi marga yang memerintah di wilayah swapraja Raya di Pantai Timur Sumatera, tempat ia bercabang – cabang secara terpisah. Ia juga menduduki sebuah daerah kecil ditengah wilayah swapraja Siantar.
  2. Nai Rasaon
    Mempunyai anak :
    1. Raja Mangarerak
      Mempunyai anak :
      1. Manurung
        Mempunyai anak :
        • Huta gurgur
        • Huta Gaol
        • Simanoroni
      2. Sitorus
        Mempunyai anak :
        • Sitorus
          Mempunyai anak :
          • Pane
          • Dorling
          • Boltok
        • Sirait
          Mempunyai anak :
          • Siahaan
          • Siagian
        • Butar – butar
          Mempunyai anak :
          • Simananduk
          • Simananti
      3. Purba
      4. Tanjung – Sigulang batu
    Dari kelompok suku marga Manurung, Sitorus, Sirait, dan Butarbutar menduduki seluruh Uluan dalam Kelompok kecil.
    Sebagian Sitorus menduduki wilayah kecil Sitorus di tengah – tengah kelompok Pohan: dari sana cabang – cabangnya memencar ke sekitar Parsoburan, dan di sana antara lain dikenal nama Pane.
    Marga Purba dan Tanjung bisa ditemukan di Pantai Timur Sumatera dan Tanah Karo.
  3. Nai Suanon (Tuan Sorbadibanua)
    Mempunyai anak :
    1. Sibagot ni Pohan
      Mempunyai anak :
      1. Tuan Sihubil
        Mempunyai anak :
        • Tampubolon
        • Silaen
        • Baringbing
      2. Tuan Somanimbil
        Mempunyai anak :
        • Siahaan
        • Simanjuntak
          Mempunyai anak :
          • Nasution
          • Dalimunte
        • Hutagaol
      3. Tuan Dibangarna
        Mempunyai anak :
        • Panjaitan(Dairi)
        • Silitonga
        • Siagian(Pardosi)
        • Sianipar
      4. Sonak Malela
        Mempunyai anak :
        • Simangunsong
        • Marpaung
        • Napitupulu
      Seluruh kelompok Pohan tersebar di Toba Holbung, Humbang sebelah Timur dan di daerah Teluk Porsea, juga di bagian Utara Habinsaran. Bagian – bagian dari kebanyakkan marga itu ditemukan di daerah itu, baik dalam wilayah terpisah maupun dalam bentuk gabungan.
      Bagian – bagian kecil dengan memakai nama Pohan, juga memerintah di Kuria Barus Mudik dan di Kuria Anggoli. Di Mandailing Utara dan Batang Natal, Nasutionlah marga yang memerintah. Dalimunte terdapat di Angkola Selatan. Kedua marga ini dikatakan termasuk kekelompok suku itu.
    2. Sipaettua
      Mempunyai anak :
      1. Pardungdang
        Mempunyai anak :
        • Pangaribuan
        • Hutapea
      2. Pangulu Ponggok
        Mempunyai anak :
        • Hutahaean
        • Aruan
        • Hutajulu
      3. Partano
        Mempunyai anak :
        • Sibarani (Sarumpaet)
        • Sibuea
      Kelompok suku ini menempati kawasan sekitar Laguboti, hidup sendiri – sendiri, atau dalam bentuk gabungan. Sepanjang yang saya ketahui, tidak ada perserakan di tempat lain.
    3. Silahisabungan
      Mempunyai anak :
      1. Sihaloho
        Mempunyai anak :
        • Sinaborno
        • Sinapuran
        • Sinapitu
        • Masopang
      2. Situngkir
        Mempunyai anak :
        • Sipakar
        • Sipayung
      3. Sondi
        Mempunyai anak :
        • Ruma Sondi
        • Ruma Sigap
      4. Sinabutar
      5. Sinabariba
      6. Sinabang
      7. Pintubatu
        Mempunyai anak :
        • Doloksaribu
        • Sinurat
        • Nadapdap
      8. Tambunan
        Mempunyai anak :
        • Lumbanpea
        • Baruara
        • Lumban Gaol
      9. Turgan
      Kelompok suku ini tidak mempunyai kawasan sendiri, tempat bagian – bagiannya hidup bersama. Ia menyebar ke seluruh Tapanuli Utara, sementara cabang – cabang besar juga bisa ditemukan di Pantai Timur(Khususnya di tanah Karo), kadang kadang dengan nama lain.
      Puak – puak dari kelompok ini terutama dijumpai di wilayah – wilayah Silalahi dan Paropo di Pantai Danau Toba(Tanah leluhurnya yang semula); di wilayah – wilayah Parbaba dan Tolping di Samosir Utara; di wilayah – wilayah Tinambun, Doloksaribu dan di banyak tempat lain di Uluan, tempat mereka kadang – kadang tinggal sebagai marga penumpang; di wilayah Naiborhu dekat Porsea; di wilayah – wilayah Tambunan dan Pagar Batu dekat Balige; di wilayah Sigotom dekat Sipahutar; dan juga di Tuka, Sibolga Utara.
    4. Si Raja Oloan
      Mempunyai anak :
      1. Naibaho
        Mempunyai anak :
        • Siahaan
        • Sitangkarean
        • Sidauruk
        • Hutaparik
        • Siagian
      2. Sihotang(Sigodangulu)
        Mempunyai anak :
        • Sipardabuan Uruk
        • Sorganimusu
        • Sitorban dolok
        • Sirandos
        • Simarsolit
        • Sihotang Hasugian
        • Lumbang Batu
      3. Bakkara
      4. Sinambela
      5. Sihite
      6. Simanullang
      Naibaho menempati wilayah kecil dekat Panguruan; Sihotang menempati wilayah dengan nama yang sama di daratan. Keduanya menyebar ke Negeri Dairi; Sihotang juga ke Barus Hulu.
      Bakkara, Sinambela, Sihite dan Simanullang bermukim di daerah leluhur. Dua yang disebut belakangan ada juga di Humbang dan Barus Hulu. Sihite juga merupakan bagian dari wilayah si Ualu Ompu yang kecil dekat Tarutung.
    5. Toga Sumba
      Mempunyai anak :
      1. Sihombing
        Mempunyai anak :
        • Silaban
          Mempunyai anak :
          • Sitio
          • Siponjot
        • Lumban Toruan
          Mempunyai anak :
          • Huta Gurgur
          • Huriara
        • Nababan
          Mempunyai anak :
          • Dolok
          • Toruan
        • Hutasoit
      2. Simamora
        Mempunyai anak :
        • Purba
          Mempunyai anak :
          • Pantom Hobol
          • Parhorbo
          • Sigulang batu
        • Manalu
          Mempunyai anak :
          • Mangararobean
            Mempunyai anak :
            • Sorimunggu
            • Ruma Gorga
            • Sigukguhi
            • Ruma Ijuk
            • Ruma Hole
          • Mangaradolok
            Mempunyai anak :
            • Paruma
            • Pareme
            • Datu Napunjung
            • Datu Soburion
            • Tongkot Manodo
        • Debataraja
          Mempunyai anak :
          • Babiat Naingol
          • Sampetua
          • Gaja Marbulang
        • Rambe
        Kelompok Sihombing menduduki daerah Toga Sumba. Masing – masing dari keempat marga(Cabang – cabangnya belum menjadi marga yang terpisah) menempati wilayahnya sendiri dan hidup bergabung dengan bagian – bagian dari yang lainnya. Sebagian dari kelompok ini memencar ke Pahae Barat Daya.
        Kelompok Simamora menduduki daerah Togu Sumba. Puak puak dari ketiga marga yaitu Purba, Manalu dan Debataraja (cabang – cabang mereka belum menjadi marga terpisah) menduduki wilayah mereka sendiri dan hidup bergabung dengan bagian – bagian dari yang lainnya. Marga Rambe menempati satu wilayah dengan nama yang sama di Barus Hulu bersama bagian – bagian dari ketiga marga lainnya.
        Hampir semua puak dari Simamora dan Sihombing(kecuali Rambe) menempati wilayah kecil Tipang dekat Bakkara, sementara Simamora juga ada di Bakkara sendiri, tempat ia pergi ke dataran tinggi Humbang. Dia juga merupakan satu dari bagian – bagian wilayah Si Ualo Ompu dekat Tarutung.
    6. Togu Sobu(Hasibuan)
      Mempunyai anak :
      1. Sitompul
      2. R Hasibuan
        Mempunyai anak :
        1. Guru Mangaloksa si opat Pisoran
          Mempunyai anak :
          • Hutabarat
            Mempunyai anak :
            • Hapoltahan
            • Sisunggulon
            • Hutabarat Pohan
              Mempunyai anak :
              • Parbaju
              • Partali
          • Panggabean
            Mempunyai anak :
            • Lumban Ratus
            • Simorangkir
            • Lumban Siagian
          • Hutagalung
            Mempunyai anak :
            • Miralopak
              Mempunyai anak :
              • Harean
              • Napitupulu
            • R.Inaina
              Mempunyai anak :
              • Inaina
              • Dasopang
              • Botung
          • Huta Toruan
            Mempunyai anak :
            • Hutapea
            • Lumban Tobing
        2. Guru Hinobaan
          Mempunyai anak : Hasibuan
      Toga Sobu memiliki daerah Leluhur di Lembah Silindung kecuali keturunan Guru Hinobaan yang hanya bisa ditemukan di wilayah Hasibuan yang berada di Tanjung Sigaol.
      Marga Sitompul, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung dan Hutatoruan menduduki wilayah mereka sendiri, mereka bergabung di hanya di wilayah POagar Batu yang baru dibentuk kira – kira 1880 dan berada di pinggiran kelompok suku Naipospos. Beberapa Marga juga menjadi bagian dari wilayah Si Ualo Ompu dekat Tarutung. Setiap Kuria di bagian Utara Sibolga termasuk ke dalam salah satu marga Sobu.
      Hutagalung juga menyebar ke Padang Lawas, terutama ke kawasan Sungai Barumun dan Sosa tempat ia menduduki seluruh selatan dengan nama Hasibuan.
    7. Naipospos
      Mempunyai anak :
      1. Toga Marbun
        Mempunyai anak :
        • Lumban Batu
          Mempunyai anak :
          • Marbun
          • Sehun
          • Meha
          • Mungkur
        • Banjarnahor
        • Lumban Gaol
      2. Toga Sipoholon
        Mempunyai anak :
        • Sinagabariang
        • Hutauruk
        • Simanungkalit
        • Situmeang
      Toga Naipospos menempati wilayah Sanggaran dan Sihikkit ke sebelah Barat Parmonangan.

Jumat, 20 Maret 2015

marga batak

Tarombo Batak adalah silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu.
Tarombo si Raja Batak (silsilah garis keturunan suku bangsa Batak) dimulai dari seorang individu bernama Raja Batak.
Si Raja Batak berdiam di lereng Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula, namanya. Sehingga wilayah/lereng Pusuk Buhit dapat dikatakan sebagai daerah asal-muasal suku bangsa Batak. yang kemudian menyebar ke berbagai pelosok, baik Indonesia maupun dunia.
Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu:
  1. Guru Tatea Bulan
  1. Raja Isumbaon
Guru Tatea Bulan mempunyai 5 (lima) orang putra, yaitu:
  1. Raja Biakbiak (Raja Uti)
  1. Saribu Raja
  1. Limbong Mulana
  1. Sagala Raja
  1. Silau Raja

Raja Biakbiak[sunting | sunting sumber]Raja Biakbiak adalah putra sulung Guru Tatea Bulan. Raja Biakbiak atau juga disebut dengan Raja Uti tidaklah mempunyai keturunan.
Saribu Raja[sunting | sunting sumber]Saribu Raja adalah putra kedua Guru Tatea Bulan. Saribu Raja mempunyai 2 (dua) orang putra yang dilahirkan oleh 2 (dua) istri. Istri pertama Saribu Raja adalah Siboru Pareme yang melahirkan Raja Lontung (benarkah anak dari Sariburaja?) dan istri kedua Saribu Raja adalah Nai Mangiring Laut yang melahirkan Raja Borbor.
Raja Lontung[sunting | sunting sumber]Raja Lontung mempunyai 7 (tujuh) orang putra, yaitu:
  1. Sinaga, menurunkan marga Sinaga dan cabang-cabangnya
  1. Situmorang, menurunkan marga Situmorang dan cabang-cabangnya
  1. Pandiangan, menurunkan Perhutala dan Raja Humirtap, Raja Sonang (Toga Gultom, Toga Samosir, Toga Pakpahan, Toga Sitinjak) dan cabang-cabangnya
  1. Nainggolan, menurunkan marga Nainggolan dan cabang-cabangnya anatara lain Lumban Nahor, Batuara, Parhusip, Lumban raja
  1. Simatupang, menurunkan marga Togatorop, Sianturi dan Siburian
  1. Aritonang, menurunkan marga Ompu Sunggu, Rajagukguk, dan Simaremare
  1. Siregar, menurunkan marga Siregar Silo (Sormin), Dongoran, Silali, dan Sianggian.
runan Raja Borbor membentuk rumpun persatuan yang disebut dengan Borbor yang terdiri dari marga Pasaribu, Batubara, Harahap, Parapat, Matondang, Sipahutar, Tarihoran, Saruksuk, Lubis, Pulungan, Hutasuhut, Tanjung serta Daulay. Sementara, waktu Nai Mangiring masih hidup, dia dan adik-ipar (adik-adik Sariburaja), Limbongmulana, Sagala Raja dan Silau Raja membuat suatu ikatan perjanjian yang disebut "padan" yang menyatakan bahwa "pomparan" mereka semua, seterusnya disebut dengan "Borbor Marsada". Disini turunan dari Boru Pareme tidak turut serta.
Limbong Mulana[sunting | sunting sumber]Keturunan Limbong Mulana sebagai putra ketiga Guru Tatea Bulan, hingga kini tetap memakai marga Limbong.
Sagala Raja[sunting | sunting sumber]Keturunan Sagala Raja sebagai putra keempat Guru Tatea Bulan tetap memakai marga Sagala.
Silau Raja[sunting | sunting sumber]Silau Raja sebagai putra bungsu Guru Tatea Bulan menurunkan marga Malau, Manik, Ambarita, dan Gurning.
Raja Isumbaon[sunting | sunting sumber]Raja Isumbaon adalah putra kedua/bungsu Raja Batak. Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra, yaitu:
  1. Tuan Sorimangaraja
  1. Raja Asiasi
  1. Sangkar Somalidang
Khusus keturunan Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang hingga saat ini belum diketahui pasti siapa keturunan mereka. Ada yang berpendapat, Sangkar Somalidang sekaligus Sangkar Sobaoa. Pengertian "sangkar sobaoa" ialah sesungguhnya laki-laki namun sifat-pembawaannya perempuan, atau banci. Sedang Raja Asiasi dikatakan berkelana ke Aceh.
Tuan Sorimangaraja[sunting | sunting sumber]Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 (tiga) orang putra, yaitu:
  1. Ompu Tuan Nabolon, lahir dari istri Sorimangaraja, Nai Ambaton (nama kecil, Boru Paromas/Boru Antingantingsabungan)
  1. Datu Pejel/ Tuan Sorbadijae, lahir dari istri Sorimangaraja, Nai Rasaon (nama kecil, Boru Bidinglaut)
  1. Tuan Sorbadibanua, lahir dari istri Sorimangaraja, Nai Suanon/Nai Tungkaon (nama kecil, Boru Parsanggul Haomasan)
Naiambaton, kurang pas, seharusnya atau aslinya adalah Nai Ambaton) dan Nairasaon seharusnya atau aslinya Nai Rasaon, tidak didahului kata "Raja". Karena yang dimaksud "raja" ialah pomparannya yang LAKI-LAKI. Kedua orang tersebut, Nai Ambaton dan Nai Rasaon adalah Ibu. Maka seharusnya ada pertukaran letak suku kata, bukan "pomparan raja naiambaton atau nairasan" tetapi seharusnya adalah "raja pomparan ni nai ambaton" atau raja pomparan ni nai rasaon" dan seterusnya. Kata "Nai" dalam bahasa Batak asli adalah panggilan-kehormatan, semacam "gelar". Karena kata Nai bagi seorang ibu dan kata "Amani" bagi seorang bapak menunjukkan bahwa pasangan suami-istri yang bersangkutan sudah berhasil naik setingkat dalam status sosial bermasyarakat, dalam arti ibu dan bapak yang bersangkutan sehari-hari dipanggil dengan nama anak pertama, lepas dari laki atau perempuan. Namun kepada sang bapak, didepan nama anak-pertama tsb ditambahkan "Amani", semisal anak pertama tsb ialah si Bunga, maka si bapak dipanggil sehari-hari, "Amani Bunga". Sementara si ibu sehari-hari dipanggil "Nai Bunga", karena anak-pertama dari perkawinan mereka berdua diberi nama si Bunga. Semisal, sudah lahir anak pertama dan ternyata laki-laki, namun belum diberi nama, maka secara otomatis bernama "Ucok", sementara kalau yang lahir tersebut adalah perempuan, otomatis bernama "Butet". Sepanjang anak pertama lahir tersebut belum diberi nama, maka kedua orang, suami-istri tersebut akan dipanggil Amani Ucuk/ Nai Ucok atau Amani/ Nai Butet. Di wilayah/daerah p. Samosir hal ini dianggap sangat elementer, namun sangat penting dalam etika berbicara, berkomunikasi dan pergaulan-bermasyarakat sehari-hari. Orang yang memanggil orang lain dengan panggilan "gelar", merasa menghormati orang yang bersangkutan dan orang yang dipanggil akan merasa dihormati. Kalau sepasang suami-istri masih dalam penantian anak dari perkawinan, maka ada dua opsi. Pertama, diberi nama yang agak abstrak, misalnya Amani/ Nai Paima. Paima, secara harfiah berarti "menanti". Opsi kedua, mengambil-pinjam nama anak kedua atau ketiga atau keempat dari abang-kandung sang suami, yang belum dipergunakan oleh orang lain dalam kerluarga dekat. Bagi kita yang sudah hidup dikota, kita dipanggil dengan nama kecil kita, tidak masalah. Lain halnya dengan masyarakat kampung yang masih terikat dengan nilai dan tradisi lama secara turun-temurun. Masyarakat di kampung akan merasa plong, bebas, nyaman dan tidak terbebani, bila memanggil seseorang dengan gelar. Contoh di atas, Amani Bunga untuk sang bapak dan Nai Bunga untuk sang ibu.
Demikian halnya atas dua nama yang diberi koment di atas. Nai Ambaton ("panggoaran"), nama kecil ialah si Boru Anting-anting Sabungan/Boru Paromas (puteri Guru Tatea Bulan, "mar pariban"/"sisters" dengan si Boru Pareme). Si Boru Paromas adalah istri pertama dari Tuan Sorimangaraja (anak dari Raja Isumbaon). Anak yg dilahirkan si Boru Paromas/Nai Ambaton, satu, bernama Ompu Tuan Nabolon; namun ada juga penulis yang menyebut namanya Ompu Sorbadijulu. Anak-anak O Tuan Nabolon inilah si Bolontua (Simbolon - seluruhnya), Tambatua - melahirkan banyak marga-marga, Saragitua - melahirkan banyak marga-marga, dan Muntetua - yang juga melahirkan banyak marga-marga. Estimasi terkini menjadi 70-an marga yang disebut dengan PARNA (Parsadaan Nai Ambaton) "na boloni".
Istri kedua Tuan Sorimangaraja ialah si Boru Bidinglaut, yang kemudian "mar-panggoaran" Nai Rasaon. Melahirkan satu anak, bernama Datu Pejel; namun ada penulis menyebut namanya Ompu Tuan Sorbadijae. Anak-anaknya ada dua, yang lahir sekaligus dalam satu "lambutan" bernama Raja Mangarerak dan Raja Mangatur. Pomparan Raja Mangarerak ialah seluruhnya marga Manurung; sementara pomparan Raja Mangatur, ialah seluruhnya marga-marga Sitorus, Sirait dan Butarbutar. Panjang cerita/"turiturian" dibalik penyebutan 4 marga tersebut.
Istri ketiga Tuan Sorimangaraja ialah Nai Suanon/ Nai Tungkaon, nama kecilnya ialah Boru Parsanggul Haomasan. Dalam tarombo pomparan Guru Tateabulan, diberbagai literatur nama ini tidak tertulis. Ibu ini melahirkan satu anak, bernama Tuan Sorbadibanua. Dari Tuan Sorbadibanua lahir 8 anak laki-laki, no 1 si Bagotnipohan, turunannya termasuk "Hula-hula anak manjae" SBY, keluarga Aulia Pohan. Satu lagi di antara 8 itu ada Silahi Sabungan, termasuk Letjend (Prn) TB Silalahi, anggota Watimpres SBY. Satu lagi di antara 8 itu ialah Raja Sobu, asal dari marga-marga Sitompul, si Raja Hasibuan kemudian (disamping masih tetap ada Hasibuan) menurunkan marga-marga Hutabarat(si Raja Nabarat), Panggabean (bercabang lagi dgn Simorangkir), Hutagalung, Huta Toruan (bercabang dua yaitu marga-marga Hutapea-Tarutung/Silindung & Lumbantobing). Catatan: ada juga Hutapea di Laguboti, tapi punya tarombo tersendiri.
Khusus tentang turunan Ompu Tuan Nabolon, menurut kebanyakan literatur adalah: No 1, si Bolontua (sampai sekarang masih satu) yg disebut Simbolon, no 2, Tambatua (1 Tonggor Dolok/Rumabolon, 2 Lumban Tongatonga, 3 Lumbantoruan), no 3, Saragitua, no 4, Muntetua. Mereka berempat, si Bolontua, Tambatua, Saragitua dan Muntetua dilahirkan oleh 2 Ibu: pertama, boru Pasaribu, kedua boru Malau (Silau Raja). Penyebutan nama anak-anaknya tsb oleh Ompu Tuan Nabolon pun, konon, tidak asal-asalan tapi harus bijaksana ("wise"), seperti cerita Raja Salomo yang bijak, karena dilahirkan oleh 2 orang istri. Ada istri pertama dan ada istri kedua. Istilah kerennya, poligami. Sebagai perbandingan, ingatlah Abraham. Anak-anaknya antara Ismael dgn Ishak. Yg lahir duluan, Ismael, namun lahir dari pembantu, Hagar. Maka Ishak yang lahir dari sang "permaisuri", yaitu Sarah, itulah yg diberkati oleh Abraham dan Yahwe yang disembah oleh Abraham. Sekedar perbandingan saja lah.-->
Raja Nai Ambaton[sunting | sunting sumber]Keturunan Raja Naiambaton dikenal sebagai keturunan yang terdiri dari berpuluh-puluh marga yang tidak boleh saling kawin (ndang boi masiolian). Kumpulan persatuan rumpun keturunan Raja Naiambaton disebut dengan PARNA (Parsadaan Raja Nai Ambaton). Catatan: huruf R dalam kata PARNA bukan representasi 'raja', tapi PAR=Parsadaan ("persatuan"), NA=Nai Ambaton.
Marga-marga keturunan Raja Naiambaton (Datu Sindar Mataniari), antara lain: Raja Sitempang dan Bolon Tua. Dan cabang-cabangnya: Dari Istri Siboru Biding laut III Pomparan Raja Sitempang
  1. Raja Sitempang (Sitanggang Bau, Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Sigalingging, Sitanggang Gusar dari Sitanggang Bau,Turnip, Sidauruk, Manihuruk dari Sitanggang Silo, Sigalingging ke Dairi (Banuarea, Manik, Gaja, Tendang, Rampu, Kecupak, Kombi, Boang Manalu, Barasa, Turutan, Siambataon), Simanihuruk( Ginting Manik ke Tanah Karo)
Dari IStri SIboru Anting Anting Pomparan Raja Nabolon
  1. Simbolon Tua (Simbolon, Tinambunan, Tumanggor, Turutan, Pinayungan, Maharaja, Nahampun)
  1. Tamba Tua: Tonggor Dolok, Lumbang Tongatonga, Lumban Toruan. Lumban Tongatonga beranak dua: Rumaganjang dan Lumbanuruk. Rumaganjang beranak 3: Guru Sateabulan, Guru Sinanti dan Datu Parngongo. Datu Parngongo beranak 7, satu di antaranya bernama Guru Sojoloan (Guru Sotindion). Dari Guru Sojoloan/Guru Sotindion inilah Sidabutar, Sijabat, Siadari, Sidabalok yang biasa disebut "pomparan ni si opat ama".
  1. Munthe Tua (Munthe)
  1. Saragi Tua (Saing, Simalango, Simarmata, Nadeak, Sidabungke, Rumahorbo, Sitio, Napitu). Tiga marga di antaranya yang konon turunan dari satu leluhur, yaitu RumahOrbo, NApitu dan SiTIO, akronim (RoNaTio).
Nai Rasaon[sunting | sunting sumber]Nai Rasaon adalah kelompok marga-marga dari suku bangsa Batak Toba yang berasal dari daerah Sibisa. Marga-marga keturunan Nai Rasaon adalah Manurung, Sitorus (menurunkan Pane, Dori, Boltok), Sirait, Butarbutar.
Si Raja Batak adalah S-1, Raja Isumbaon - setaraf dengan Guru Tatea Bulan adalah S-2, maka Tuan Sorimangaraja (anak Raja Isumbaon) adalah S-3. Dari Ibu, Nai Rasaon (nama kecil: si Boru Bidinglaut, Istri II Tuan Sorimangaraja (S-3)/Anak no. 2 Ompu Raja Isumbaon (S-2)) beranak satu, yaitu Datu Pejel/Ompu Tuan Sorbadijae. (S=Sundut/generasi). Datu Pejel, dua anaknya sekali lahir (kembar-dua), namun tidak sebagaimana umumnya lahir kembar secara satu per satu, melainkan lahir kembar-dua di dalam satu "lambutan". Yang dimaksud lambutan, barangkali adalah jaringan selaput yang membungkus bayi ketika di dalam kandungan. Pada waktunya yang tepat dikemudian hari diberi nama: Raja Mangarerak dan Raja Mangatur si "Dua-sahali tubu". Pomparan Raja Toga Manurung berkembang dari Raja Mangarerak; Sementara pomparan Raja Toga Sitorus, Raja Toga Sirait dan Raja Toga Butarbutar berkembang dari Raja Mangatur. Meski empat marga ini sesungguhnya berasal dari satu Ompu, Datu Pejel, namun umumnya, berawal dari wilayah Porsea ke-empat marga ini sudah saling kawin-mawin. Maka prinsip satu keluarga besar "na so boi mar-si-oli-an" telah ditinggalkan. Proses ini diperkirakan sudah dimulai sejak 5 - 6 generasi sebelum generasi yang sekarang, atau kira-kira 200 tahun yl, sedangkan di wilayah asal/asli Sibisa dan Ajibata perasaan bersaudara itu masih kental. Namun di wilayah Ajibata, antara Sirait dan Manurung, pada generasi yang sekarang, telah ada yang memulai kawin-mawin. Sementara antara Sirait terhadap Sitorus dan Butarbutar belum ada yang memulai, tetapi di daerah perantauan seperti di pulau Jawa telah ada yang merintis.
Tuan Sorbadibanua[sunting | sunting sumber]Tuan Sorbadibanua mempunyai 8 (delapan) putra, yaitu:
  1. Sibagotnipohan
  1. Sipaettua(Pangulu Ponggok, Partano Nai Borgin,Puraja Laguboti(Pangaribuan,Hutapea)
  1. Silahisabungan
  1. Raja Oloan
  1. Raja Hutalima
  1. Raja Sumba
  1. Raja Sobu
  1. Raja Naipospos
Sibagotnipohan[sunting | sunting sumber]Sibagotnipohan sebagai cikal-bakal marga Pohan mempunyai 4 (empat) putra, yaitu:
  1. Tuan Sihubil, sebagai cikal-bakal marga Tampubolon dan cabang-cabangnya
  1. Tuan Somanimbil, sebagai cikal-bakal marga Siahaan, Simanjuntak, dan Hutagaol
  1. Tuan Dibangarna, sebagai cikal-bakal marga Panjaitan, Silitonga, Siagian, Sianipar, dan cabang-cabangnya
  1. Sonak Malela, menurunkan marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede
Sipaettua[sunting | sunting sumber]Marga-marga keturunan Sipaettua, antara lain: Hutahaean, Hutajulu, Aruan, Sibarani, Sibuea, Pangaribuan, dan Hutapea
Silahisabungan[sunting | sunting sumber]
Tarombo Sidabutar versi Pitu Raja Ambarita.
Delapan Anak Keturunan Silahisabungan dari 2 istri yakni:
Istri Pertama, Pingganmatio Padangbatanghari, anaknya:
  1. Loho Raja (Sihaloho)
  1. Tungkir Raja (Situngkir)
  1. Sondi Raja (Rumasondi)
  1. Butar Raja (Sidabutar)
  1. Debang Raja (Sidebang)
  1. Bariba Raja (Sidabariba)
  1. Batu Raja (Pintubatu)
  1. Tambun Raja Alias Raja Itano Alias Raja Tambun (Tambun, Tambunan, Daulay); anak dari istri keduanya, Sinailing Nairasaon.
Selain marga pokok di atas masih ada lagi marga marga cabang keturunan Silahisabungan, yakni Sipangkar, Sembiring, Sipayung, Silalahi, Dolok Saribu, Sinurat, Nadapdap, Naiborhu, Maha, Sigiro, dan Daulay.
Raja Oloan[sunting | sunting sumber]Raja Oloan mempunyai 6 (enam) orang putra, yaitu:
  1. Naibaho yang merupakan cikal-bakal marga Naibaho dan cabang-cabangnya.
  1. Sigodang Ulu yang merupakan cikal-bakal marga Sihotang dan cabang-cabangnya.
  1. Bakara yang merupakan cikal-bakal marga Bakara.
  1. Sinambela yang merupakan cikal-bakal marga Sinambela.
  1. Sihite yang merupakan cikal-bakl marga Sihite.
  1. Manullang yang merupakan cikal-bakal marga Manullang.
Raja Hutalima[sunting | sunting sumber]Raja Hutalima tidak mempunyai keturunan.
Raja Sumba[sunting | sunting sumber]
Tarombo Silaban, Suku Batak Toba.
Raja Sumba mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu:
  1. Simamora, yang merupakan cikal-bakal marga Purba, Manalu, Simamora Debata Raja, dan Rambe.
  1. Sihombing, yang merupakan cikal-akal marga Silaban, Sihombing Lumban Toruan, Nababan, dan Hutasoit.
Raja Sobu[sunting | sunting sumber]Marga-marga keturunan Raja Sobu, antara lain: Sitompul dan si Raja Hasibuan. Dari si Raja Hasibuan berkembang lagi, yang tetap tinggal di Toba tetap Hasibuan, sedang "pomparan" Ompu Guru Mangaloksa yang merintis hidupnya ke wilayah Silindung, anak-anaknya berkembang menjadi si Raja Nabarat (Hutabarat), si Raja Panggabean (cabangnya,Simorangkir), si Raja Hutagalung dan si Raja Hutatoruan. Si Raja Hutatoruan dua anaknya, itulah Hutapea (Silindung/Tarutung, beda dari Hutapea - Toba/Laguboti), dan Lumbantobing (biasa disingkat L. Tobing=Lumbantobing). Marga-marga tsb (di luar marga Hasibuan), secara "specific" pomparan Guru Mangaloksa dinamai "Pomparan ni si Opat Pu(i)soran". Mana ejaan yang benar dalam bahasa Batak, antara Pusoran atau Pisoran, entahlah. Marga-marga tersebut di atas masih tetap alias belum bercabang hingga sekarang. Kecuali pencabangan untuk tujuan penyebutan internal, semisal Hutabarat. Ada Hutabarat Sosunggulon, Hutabarat Hapoltahan, Hutabarat Pohan. Dari tataran ini barulah dibagi lagi menjadi "mar-ompu-ompu". Sebagai catatan, khusus dari pomparan Guru Mangaloksa, setiap anggota marga-marga tersebut mengingat nomornya masing-masing, termasuk Boru. Semisal di Hutabarat, berkenalan seorang Hutabarat dengan seorang lain Hutabarat. Tidak lagi ditanya, Hutabarat Sosunggulon? atau Hapoltahan? atau Pohan? dst. Tetapi langsung ditanya, "nomor berapa"?, termasuk Boru. Sehingga masing-masing tahu "standing position", memanggil abang/adik, bapatua/bapauda, dst, termasuk "tutur" untuk Boru. Hal seperti ini perlu dicontoh karena dapat memotivasi orang lain mencari asal usul ("identitas") "ha-batahonna", tentu setelah indentitas keyakinan dan kepercayaan masing-masing individu.
Raja Naipospos[sunting | sunting sumber]Raja Naipospos mempunyai 5 (lima) orang putra yang secara berurutan, yaitu:
  1. Donda Hopol yang merupakan cikal-bakal marga Sibagariang.
  1. Donda Ujung yang merupakan cikal-bakal marga Hutauruk.
  1. Ujung Tinumpak yang merupakan cikal-bakal marga Simanungkalit.
  1. Jamita Mangaraja yang merupakan cikal-bakal marga Situmeang.
  1. Marbun yang merupakan cikal-bakal marga Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol.
Padanan atau janji antar marga (Janji Matogu)[sunting | sunting sumber]Dalam suku bangsa Batak, selain marga yang satu nenek moyang (satu marga) ditabukan untuk saling kawin, dikenal juga padan (janji atau ikrar) antar marga yang berbeda untuk tidak saling kawin. Marga-marga tersebut sebenarnya bukanlah satu nenek moyang lagi dalam rumpun persatuan atau pun paradaton, tetapi marga-marga tersebut telah diikat padan (janji atau ikrar) agar keturunan mereka tidak saling kawin oleh para nenek moyang pada zaman dahulu. Antar marga yang diikat padan itu disebut dongan padan.
Marga-marga yang mempunyai padan khusus untuk tidak saling kawin, antara lain:
  1. Manurung dengan Simamora (Debata Raja)
  1. Sihotang dengan Naipospos (Marbun)
  1. Naibaho dengan Sihombing Lumban Toruan
  1. Nainggolan dengan Siregar
  1. Tampubolon dengan Silalahi
  1. dan lain sebagainya
Sihotang dengan Naipospos (Marbun)[sunting | sunting sumber]Seluruh keturunan Raja Naipospos diikat janji (padan) untuk tidak saling kawin dengan keturunan Raja Oloan yang bermarga Sihotang. Sehingga Sihotang disebut sebagai dongan padan. Memang pada awalnya pembentuk janji ini adalah Marbun. Namun ditarik suatu kesepakatan bersama bahwa keturunan Raja Naipospos bersaudara (na marhahamaranggi) dengan keturunan Sihotang. Hal ini dapat dilihat bersama bahwa hingga saat ini seluruh marga Naipospos Silima Saama (Sibagariang-Hutauruk-Simanungkalit-Situmeang-Marbun) tidak ada yang kawin dengan marga Sihotang.
Pengalaman di lapangan bahwa memang ada-ada saja orang yang mempersoalkan padan ini. Mereka mengatakan bahwa hanya Marbun sajalah yang marpadan dengan Sihotang tanpa mengikutsertakan Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang. Perlu diketahui bersama bahwa telah ada ikrar (padan) para nenek moyang (ompu) bahwa padan ni hahana, padan ni angina; jala padan ni angina, padan ni hahana (ikrar kakanda juga ikrar adinda dan ikrar adinda juga ikrar kakanda). Benar Marbunlah pembentuk padan pertama terhadap Sihotang. Tetapi oleh karena Marbun sebagai anggi doli Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang, maka turut juga serta dalam padan dengan Sihotang. Contoh lain dapat pula dilihat bersama bahwa sesungguhnya Sibagariang tidaklah ada ikrar (padan) sama sekali untuk tidak saling kawin (masiolian) dengan Marbun. Tetapi oleh karena Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang marpadan dengan Marbun untuk tidak saling kawin maka Sibagariang pun turut serta dengan sendirinya oleh karena ikrar (padan) para nenek moyang (ompu) yang telah disebutkan di atas. Sehingga suatu padan yang umum bahwa keturunan Raja Naipospos dari istri I (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang) tidak boleh saling kawin dengan keturunan Raja Naipospos dari istri II (Marbun).
Demikian pula halnya seluruh marga-marga keturunan Raja Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, dan Marbun Lumban Gaol) tidak boleh saling kawin dengan keturunan Sihotang.